Menikmati kopi

Menikmati kopi

Minggu, 27 Maret 2016

CARA BIJAK MEMBERI NASEHAT AGAR YANG DINASEHATI TIDAK KEHILANGAN HARGA DIRI



Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya....
pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab "orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya".
Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua.... "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".
Murid -muridnya menjawab "negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang".
Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU". Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga.... "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya menjawah "gunung, bumi dan matahari".
Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU"
Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab "besi dan gajah".
Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH"
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini.
Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?"...
Ada yang menjawab "kapas, angin, debu dan daun-daunan".
Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat.

Dan pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"...
Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang".
Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA" Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri

Cara memberi nasihat dengan berdialog seperti di atas sangat efektif. Disampaikan oleh orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan ilmu agama, pesannya bermakna, dengan tutur kata yang baik, dengan memuji semua jawaban anak, lalu menyempurnakan,  Ada sebuah ungkapan, bila nasihat disampaikan dari hati, akan sampai ke hati.
Berikut cara Bijak memberi nasihat :
1.      Dengan Tutur Kata yang Baik;   Kisah yang sangat inspiratif ini saya sajikan untuk menjelaskan betapa dahsyatnya bertutur kata yang baik. Ikuti kisahnya. Suatu ketika, seorang teman bertutur, di sebuah stasiun kereta api tanpa sengaja bertemu dengan seorang penjual asongan yang kehilangan tangan sebelahnya sedang menjajakan dagangannya karena hatinya iba dan ingin menolong. Dikeluarkan uang selembar sepuluh ribuan lalu diberikanlah uang itu padanya. Sejenak berpikir di dalam benaknya ia merasa bersalah, segera kembali penjual asongan dan mengatakan kepadanya, 'Maaf bapak, saya tidak bermaksud merendahkan bapak. saya tahu, bapak adalah seorang pengusaha.' Lalu mengambil sebuah pulpen kemudian meninggalkan penjual asongan.

Setahun kemudian teman itu melintasi stasiun kereta api yang sama. Terdengar suara seseorang menyapa dirinya. 'Apa kabar Mas?' sapa seorang pemilik toko di stasiun kereta api. 'Saya sudah lama menunggu anda di toko ini.' kata pemilik toko. "Barangkali anda lupa, saya adalah penjual asongan yang waktu itu yang anda sebut sebagai pengusaha, sehingga saya termotivasi kata-kata anda sehingga saya bekerja keras untuk memiliki sebuah toko,' katanya dengan bangga menunjukkan tokonya.

Teman itu menceritakan betapa terharunya dirinya karena ia tidak mengira penjual asongan yang dia jumpai setahun yang lalu kini telah memiliki sebuah toko yang cukup besar di stasiun kereta api.

Pesan dari kisah ini menunjukkan bahwa Tutur kata yang kita ucapkan memiliki sebuah kekuatan. Ucapan kita mampu memberikan motivasi seperti yang terjadi pada penjual asongan namun juga sebaiknya bila bertemu dengan orang yang tidak tepat malah menjerumuskan kita kepada kehancuran. Nabi mengajarkan kita agar senantiasa berkumpul dengan orang-orang sholeh, yaitu orang yang mampu menularkan kebahagiaan, kesehatan dan kedamaian dalam hidup kita ( dari kisah Agus Syafii dalam http://nasehatislam.blogspot.com/2010/08/kekuatan-tutur-kata.html)

2.  Menasehati Secara Rahasia; nasihat yang baik, akan sia-sia bilamana tidak disertai cara menasihati yang baik, tempat dan kondisi yang baik pula. Menasehati orang lain secara terbuka, sama saja dengan membuka aibnya. Untuk itu para pemberi nasehat harus dapat merahasiakan apa yang dinasihatkan.

3.    Dengan Ilmu dan Pengalaman; agar nasihat dapat diterima dengan baik, maka isi dari nasihat tersebut haruslah sudah dikuasai oleh pemberi nasihat. Keakuratan data, tempat dan peristiwa sangat mempengaruhi kualitas dari nasihat tersebut.

4.     Memperhatikan Situasi dan Kondisi; situasi anak atau orang yang akan dinasihati harus menjadi perhatian pemberi nasihat. Memberi nasihat di meja makan, ketika sedang makan bersama, akan merusak situasi. Carilah situasi yang baik dan tenang ketika anda ingin memberi nasihat.

5.    Menjadi Teladan; teladan itu adalah sebuah nasihat tanpa kata-kata. Teladan itu juga bisa dikatakan sebagai satunya kata dengan perbuatan. Jika pemberi nasihat sudah melakukan terlebih dahulu apa yang akan dinasihati, maka nasihat yang diberikan kepada seseorang akan lebih bermakna.

6.  Sabar; tidak ada yang bisa menjamin apa yang dinasihatkan itu diterima di pikirannya, dihatinya dan dilakukannya. Untuk itu pemberi nasihat harus bersabar dan mencari cara yang lebih baik lagi.

7. Mendoakan ; Nasihat yang baik itu bersumber dari ajaran kebaikan, sedangkan pemberi nasihat hanya bisa menyampaikan dengan sumber daya yang dimiliki. Kekuatan doa akan menambah kekuatan hati, pikiran dan amalan.

Demikian, semoga bermanfaat

Rabu, 23 Maret 2016

TIPS MENGATASI RASA MARAH



Rasa Marah, adalah suatu sikap emosional yang muncul akibat reaksi yang terjadi secara spontan. Orang yang sering menunjukkan sikap emosional, mudah tersinggung dan menunjukkan sikap marah akan sulit diterima oleh lingkungannya. Ini akan mempengaruhi kemampuan untuk beradaptasi.
            Emosi merupakan salah satu hasil kerja dari sinergi unsur fisik dan psikis. Menurut Walgito (2004) emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengatahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.  Emosi mempunyai bentuk yang berbeda-beda, misalnya senang, sedih, marah, takut atau gejala-gejala lain yang merupakan respon dari bekerjanya indera manusia.
             Salah satu emosi yang sering muncul dalam diri kita adalah emosi marah (ghadab). Marah merupakan salah satu satu fitrah manusia yang muncul ketika kebutuhan (needs) dan motif (motive) mereka terhalangi atau terhambat untuk dipenuhi. Menurut Musfir Bin Zaid Az-Zahrani (2005) Marah adalah suatu bentuk emosi yang bersifat fitrah atau bawaan yang memegang peranan penting dalam kehidupanmanusia. Marah pada umumnya muncul karena adanya kekangan yang muncul dalam usaha pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Di saat seseorang marah, pada saat itulah kekuatannya bertamnah untuk dapat menghadapi semua masalah yang menghalangi jalannya. Pada saat itulah ia mulai mempertahankan haknya dan mengalahkan segala yang mengekang tujuan hidupnya.
            Apa yang menjadi pemicu rasa marah tersebut? Pemicu marah yang paling umum (universal) adalah adanya perasaan berbahaya. Ancaman yang dimaksud bukan saja berupa ancaman fisik langsung, melainkan seperti yang sering terjadi, yaitu berupa ancaman simbolik yang menyinggung harga diri atau martabat, misalnya diperlakukan tidak adil, dikasari, dicacimaki, diremehkan, atau frustrasi setelah mengejar target penting. Dengan kata lain marah timbul karena batas-batas emosi yang kita miliki telah terganggu atau terancam. Menurut Al-Ghazali (dalam Mujib, 2007) penyakit marah (ghadab) disebabkan oleh dominasi unsur api atau panas (al-harȃrah), yang mana unsur tersebut melumpuhkan peran unsur kelembaban atau basah (al-ruthÈ—bah) dalam diri manusia. Hal ini telah disabdakan oleh Rasulallah SAW. bahwa “Sesungguhnya marah itu bara api yang dapat membakar lambung anak Adam. Ingatlah bahwa sebaik-baik orang adalah orang yang melambatkan (menahan) amarah dan mempercepat keridhaan dan sejelek-jelek orang adalah orang yang mempercepat amarah dan melambatkan ridha”. (HR. Ahmad dari Abu Sa’id al-Khudriy).
            Rasa marah menjadi suatu perasaan yang dominan secara perilaku, kognitif, maupun fisiologi sewaktu seseorang membuat pilihan sadar untuk mengambil tindakan untuk menghentikan secara langsung ancaman dari pihak luar. Ekspresi luar dari kemarahan dapat ditemukan dalam bentuk raut muka, bahasa tubuh, respons psikologis, dan kadang-kadang tindakan agresi public. Perasaan marah sangat datang kepada diri kita sebagai ekspresi dari sikap penolakan kita terhadap apa yang terjadi. Para ahli psikologi modern memandang kemarahan sebagai suatu emosi primer, alami, dan matang yang dialami oleh semua manusia pada suatu waktu, dan merupakan sesuatu yang memiliki nilai fungsional untuk kelangsungan hidup. Kemarahan dapat memobilisasi kemampuan psikologis untuk tindakan korektif. Namun, kemarahan yang tak terkendali dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup pribadi dan sosial.


MENGENDALIKAN RASA MARAH
Kemarahan bukan perasaan yang harus dibuang karena dianggap tidak berguna. Namun, karena dampak rasa marah ini dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, maka, perasaan marah ini harus dapat dikendalikan dengan baik.  Berikut cara bijak mengendalikan rasa marah;
  • Gunakan kalimat pelindung; amarah dapat dikendalikan dengan kalimat berdoa meminta pertolongan dari Allah atas panasnya api yang membakar diri. Rasulullah Muhammad SAW, bersabda, "Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu "A'uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim" "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk" (H.R. Bukhari Muslim).
  • Lakukan gerakan pengendalian diri ; Ketika marah, anda sedang berdiri atau berjalan, maka duduklah. Bila sedang berbicara keras dan kasar, maka diamlah, bila belum dapat berkurang rasa marahnya, maka berwudhulah.  Rasulullah bersabda "Kemarahan itu itu dari syetan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah" (H.R. Abud Dawud). Dan bila belum pulih benar, maka bersujudlah, bersujud, artinya shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuahhadist dikatakan "Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud)." (H.R. Tirmidzi)
  • Mengidentifikasi solusi yang mungkin; mencari penyebab kemarahan dan berusaha mengatasinya. Meluapkan kemarahan pada tulisan sangat dianjurkan, tulis kemarahan Anda pada lembaran kertas, luapkan kekesalan anda, rasa jengkel dan tidak puas terhadap suatu persoalan, lalu simpan beberapa saat. Setelah emosi Anda reda, buka kembali tulisan dan membacanya. Apakah masih relevan? Kadang kita tersenyum menertawakan emosi yang meluap ketika marah.
  • Fokuskan pada “saya” dan bukan “Anda”; Untuk menghindari mengkritik atau menyalahkan orang lain--yang mungkin hanya meningkatkan ketegangan, gunakan pernyataan "saya" untuk menggambarkan masalah. Sebagai contoh, katakanlah, "Saya marah karena kamu meninggalkan meja tanpa menawarkan untuk membantu membereskan piring," bukan, "Kamu tidak pernah melakukan pekerjaan rumah tangga."
  • Jangan menyimpan dendam;  Memaafkan adalah alat yang ampuh untuk mendamaikan hati. Jika Anda membiarkan kemarahan dan perasaan negatif lainnya menutupi perasaan positif, Anda mungkin menemukan diri Anda ditelan oleh kepahitan sendiri atau rasa ketidakadilan. Tapi, jika Anda dapat memaafkan seseorang yang membuat Anda marah, Anda mungkin belajar lebih baik dari situasi. Tidak realistis untuk mengharapkan semua orang untuk berperilaku persis seperti yang Anda inginkan setiap saat.
  •  Gunakan humor untuk melepaskan ketegangan;  Humor ringan dapat membantu mengatasi ketegangan. Jangan gunakan sarkasme karena bagaimanapun bisa melukai perasaan orang lain dan membuat hal-hal buruk terjadi.
  •  Lakukan relaksasi ; Ketika marah, cobalah lakukan relaksasi. Praktek latihan pernapasan, membayangkan adegan santai, atau mengulangi kata atau frase yang menenangkan, seperti, "Tenang saja" sangat membantu. Anda juga bisa menyingkir sejenak untuk mendengarkan musik, menulis, atau melakukan yoga atau apa pun yang diperlukan untuk mendorong relaksasi.
  •  Tahu kapan untuk mencari bantuan; Belajar mengendalikan amarah adalah tantangan bagi semua orang. Pertimbangkan untuk mencari bantuan jika kemarahan Anda tampaknya di luar kendali, menyebabkan Anda melakukan hal-hal yang Anda sesali di kemudian hari atau membuat sakit orang-orang di sekitar Anda. Dengan bantuan profesional, Anda dapat mempelajari apa itu kemarahan; mengidentifikasi apa yang memicu kemarahan Anda; mengenali tanda-tanda bahwa Anda bakal marah; belajar untuk menanggapi frustrasi dan kemarahan dengan cara terkontrol dan sehat; serta menjelajahi perasaan yang mendasarinya, seperti kesedihan atau depresi.
Demikianlah, semoga bermanfaat

CARA BIJAK MENUNDUKKAN EGO PRIBADI


Ego Pribadi, dalam tataran yang wajar ego pribadi menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri atau self confidence. Namun, kalau keduanya berkembang berlebihan dapat berubah menjadi kebanggaan atau pride yang sangat dekat dengan kesombongan, arogansi atau takabur. Ketika sudah berubah menjadi kesombongan, maka ego pribadi akan mengambil alih kendali sehingga mempengaruhi perilaku seseorang.
           
Berikut ini adalah beberapa tip agar kita dapat mengambil alih kendali kekuasaan ego pribadi yang saya ambil dari Eko Jalu Santoso (2010), dalam bukunya Life Balance Ways;
·   Jangan tingalkan orang yang telah berbuat baik; keberhasilan seseorang tidak terlepas dari kerjasama atau bantuan orang lain. Untuk itu, hargailah orang yang telah mengangkat diri kita pada suatu pencapaian tertentu. Dengan tetap menjaga hubungan silaturahim, kita dapat memahami bahwa kita membutuhkan orang lain, seperti halnya orang lain membutuhkan kita.
·      Sikap dan cara kita memperlakukan orang lain. Itu adalah cerminan dari diri pribadi kita. Maka, bila kita ingin diperlakukan baik, maka kita harus memperlakukan dengan baik orang lain terlebih dahulu.
·   Hindarkan diri dari sifat Angkuh. Kesombongan dan arogansi ini hanya membuka jalan bagi ego pribadi menguasai kita. Diperlukan sikap kerendahan hati untuk menaklukannya.
·      Koreksi diri, bila kita telah melakukan tindakan egois yang mementingkan diri sendiri
·  Jangan biarkan prasangka negative berkembang memnuhi hati dan pikiran. Ubahlah menjadi prasangka positif yang dapat menimbulkan rasa saling menghormati dan menghargai
·    Kemampuan bersyukur dan menerima apa yang kita miliki, akan mencegah diri dari sifat serakah dan mencegah munculnya ego pribadi
·      Dekatkan diri pada Allah, ingatlah bahwa kesuksesan bukan semata-mata adalah hasil perjuangan kita, namun semuanya atas rahmat dan perkenanNya

Kesombongan adalah sebuah sikap yang menghambat adaptasi seseorang, bahkan dapat merusak hubungan yang telah terjalin sebelumnya. Kesombongan biasanya ditunjukkan dengan memperturutkan hawa nafsu, menunjukkan kehebatannya dalam meraih harta, kedudukan dan merasa dapat menguasai dunia walau dengan cara yang mengabaikan nilai nilai kebenaran. Dalam pergaulan, tidak ada orang yang menyukai dan mau bergaul dengan orang-orang seperti ini. Kalaupun ada orang yang mau menjadi teman, biasanya teman yang semu yang hanya ingin mengambil keuntungan dari pergaulan yang dibangunnya.

TIPS MENGATASI RASA KHAWATIR PADA ANAK



Rasa khawatir bagi seorang anak lebih kepada rasa takut kehilangan rasa sayang dan rasa tidak dicintai dari orang-orang terdekatnya. Untuk mengatasi rasa khawatir pada diri anak, terlebih dahulu orang tua dan guru mengetahui keadaan anak:
  • Mencari tahu penyebab anak merasa khawatir. Apakah dari sesuatu bayang-bayang yang muncul dari perkataan seseorang, dari apa yang baru ditontonnya, atau penyebab lainnya.
  • Periksa kondisi kesehatan fisik. Rasa khawatir dapat menyebabkan turunnya daya tahan anak. Menjaga kesehatan fisik dapat mengurangi rasa khawatir anak.
  • Anak merasa sendirian, rasa khawatir dapat berkembang dari perasaaan tidak diperhatikan, tidak dihargai dan tidak dianggap. Cara mengatasinya adalah dengan ikatan keluarga yang erat, teman yang baru dan dengan ilmu dan komunikasi, dan tentu saja yang paling penting membiasakan anak untuk menjalin hubungan vertical kepada Allah SWT.
  •  Salah memilih kawan. Kawan yang berperilaku buruk dapat membawa anak kepada energy negative. Untuk itu orang tua juga harus dapat mengetahui siapa kawan baik teman anak anda. Kawan yang baik dapat memberi energy positif terhadap diri anak, dapat mendukung dan jujur memberi respon akan masalah dan prestasi yang diraihnya.
  • Pola makan yang buruk, kebiasaan makan yang buruk dapat mengganggu kesehatan anak, dan ini dapat membuat anak merasa cemas dengan efek lain yang ditimbulkan, sakit lambung, sakit kepala, dan lainnya.
  • Pola tidur yang buruk. Kebiasaan anak tidur terlalu malam, karena chatting dengan teman-temannya melalui laptop dan HP,  atau nonton televisi sampai larut malam, akan mengganggu konsentrasinya dalam belajar.
  • Banyaknya waktu senggang. Waktu senggang yang tidak dimanfaatkan secara positif akan membuat anak merasa bosan dan mencari pergaulan di luar rumah. Itu merupakan pintu untuk membuka pergaulan dengan anak-anak dengan berperangai buruk.
  • Kekosongan hati, hati yang kosong karena jauh dari Allah akan membuat anak tidak jelas arah dan tujuan hidupnya. Dengan mengingat Allah dan menjaga ibadah hati akan merasa tenang.

CARA MENDIDIK ANAK : MEMBANGUN KOMUNIKASI


Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti. Komunikasi adalah keterampilan yang paling penting dalam kehidupan. Kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk berkomunikasi. Komunikasi bukan sekadar kata-kata yang kita gunakan. Nada suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh memainkan peran utama tentang bagaimana kita dapat memahami. Coba kita pikirkan, kita sudah menghabiskan bertahun-tahun belajar membaca dan menulis, bertahun-tahun belajar berbicara. Tetapi, bagaimana mendengarkan? Pelatihan atau pendidikan apa yang sudah Anda dapatkan yang memungkinkan Anda mendengarkan sehingga Anda benar-benar mengerti orang lain secara mendalam dalam kerangka acuan individu itu sendiri?

Inti dari komunikasi pada dasarnya adalah bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respons positif dari orang lain. Agar komunikasi menjadi efektif, dalam buku Cara AMPUH Merebut Hati Murid (2012), Saya mengutip cara Aribowo P & Roy Sembel (2003) dalam mengembangkan dan merangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri. Yaitu, REACH  (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble). Reach berarti merengkuh atau meraih. Cara bijak tersebut, adalah:

Respect (Menghargai); Cara pertama,dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah, pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Apa yang dilakukan orang tua untuk menghargai anaknya? Hargailah anak dengan cara “Mendengar Aktif”, Bila sedang berbicara kepada anak, tataplah matanya, dengarkanlah dengan penggunaan pancaindera kita, mendengarlah dengan seluruh diri. Maksudnya, telinga mendengar nada dan kata, sedangkan mata mendengar dan melihat mimik ekspresi wajah. Pikiran pun mendengar, yakni berusaha memahami apa yang dikatakan, Hati juga mendengar melalui penghayatan perasaan yang ada di balik kata-kata yang diucapkan. Mulut juga mendengar dengan mengutarakan perasaan-perasaan yang ditangkap dari pembicaraan dengan anak-anak.
           Bagi seorang Guru, Guru yang disenangi siswa adalah guru yang menghormati hak-hak siswa, baik hak-hak yang bersifat umum maupun hak privasi. Sebaliknya, guru yang suka mencela, banyak berkomentar buruk tentang siswa-siswinya, dan kurang menghargai pekerjaan serta karya mereka tidak disenangi oleh para siswa. Tidak ada interaksi yang positif tanpa disertai dengan rasa hormat. Andai kita harus mengkritik atau memarahi murid kita, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, kita dapat membangun kerja sama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektivitas kinerja kita.Menurut pakar komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya, How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan, "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia mengatakan itu sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi).

Empathy (Empati);  Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan membuat kita dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya.
Empati dapat menjadi kunci menaikkan integritas dan kedalaman hubungan dengan orang lain. Semakin kita dekat dan merasakan kesusahan atau penderitaan yang dialami orang lain, maka kita akan semakin mengerti dan menyadari betapa berartinya hidup kita. Mungkin kita akan merasa lebih beruntung karena tidak sampai mengalami penderitaan yang demikian.

Audible (Didengar/Dimengerti) ; Makna audible, antara lain, adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu atau mampu menerima umpan balik dengan baik, audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
Clarity (Jelas); Selain pesan harus dapat dimengerti dengan baik, cara keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan tersebut sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi, kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan) sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Sebab, tanpa keterbukaan, akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

Humble (Rendah Hati); Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan cara pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Bagaimana komunikasi yang menunjukkan kerendahan hati? Komunikasi dengan kerendahan hati adalah mau mendengar pendapat, saran dan menerima kritik dari orang lain. Sering dikatakan bahwa Tuhan memberi kita dua buah telinga dan satu mulut, yang dimaksudkan agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Kadang-kadang hanya dengan mendengarkan saja kita dapat menguatkan orang lain yang sedang dilanda kesedihan atau kesulitan. Dengan hanya mendengar, kita dapat memecahkan sebagian besar masalah yang kita hadapi. Mendengar juga berarti mau membuka diri dan menerima, suatu sifat yang menggambarkan kerelaan untuk menerima kelebihan dan kekurangan orang lain maupun diri kita sendiri. Dalam mengkritik atau memenangkan suatu persaingan kita tidak perlu menunjukkan kehebatan maupun memamerkan apa yang kita miliki, bahkan ketika kita menang sekalipun tidak ada rasa pamer atau kesombongan yang terlihat.

 Demikianlah, semoga bermanfaat

Selasa, 22 Maret 2016

TIPS MEMBANGUN INTEGRITAS DIRI PADA ANAK




Sebagian besar orang mengatakan bahwa integritas adalah kejujuran. Sebagian lagi menyamakan dengan “etika”. Integritas juga diartikan sebagai bersatunya antara kata dan perbuatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integritas diartikan sebagai  mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan; kejujuran.
                Kata “integritas” berasal dari kata sifat Latin integer (utuh, lengkap) Dalam konteks ini, integritas diartikan sebagai rasa batin “keutuhan” yang berasal dari kualitas seperti kejujuran dan konsistensi karakter. Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau akurasi dari tindakan seseorang. Integritas dapat dianggap sebagai kebalikan dari kemunafikan. Orang yang tidak memiliki integritas dikenali dengan cirinya kalau berkata. suka berbohong, kalau berjanji, mengingkari dan kalau diberi amanah, berkhianat.
            Stephen M.R. Covey (2010) dalam buku Speed of Trust, mengatakan bahwa integritas mencakup kejujuran, mengatakan kebenaran dan memberi kesan yang benar. Akan tetapi, setidaknya ada tiga kualitas tambahan yang sama pentingnya, kualitas tersebut adalah;

Konsistensi ; Seseorang memiliki integritas ketika tidak ada kesenjangan antara niat dan perilaku, ketika ia utuh, tak bersambung, sama-luar dalam. itu disebut sebagai konsistensi, dan konsistensi inilah yang pada akhirnya akan menciptakan kredibilitas dan kepercayaan. Sebelum saya memberikan sebuah  cerita tentang konsistensi untuk anak, saya ingin menyampaikan terlebih dahulu sebuah kisah teladan untuk kita para orang tua dan guru.
            Contoh kisah konsistensi ini saya ambil dari kisah Mahatma Gandhi. Pernah dalam kehidupannya, Gandhi diundang berbicara dihadapan House of Commons (Majelis Perwakilan Rendah) di Inggris. Tanpa menggunakan catatan, ia berbicara selama dua jam dan mengakibatkan pendengar yang pada prinsipnya tidak bersahabat itu menyambutnya dengan bertepuk tangan sambil berdiri. Setelah pidatonya, beberapa orang wartawan mendekati sekretarisnya Mahadev Desai, tidak percaya bahwa Gandhi sanggup memukau pendengarnya demikian lama tanpa catatan. Desai menjawab:
Yang Gandhi pikirkan, yang ia rasakan, yang ia ucapkan, dan yang ia lakukan semuanya sama. Ia tidak membutuhkan catatan, Anda dan saya, kita perpikir begini, merasa lain lagi, mengucapkan lain, dan melakukan lain lagi, jadi kita membutuhkan catatan dan arsip untuk melacaknya.
Gandhi bukan saja konsisten di dalam dirinya, dia juga konsisten dengan prinsip-prinsip yang ia junjung. Bukan saja ia mempunyai akar-akarnya, melainkan juga mempunyai akar utama yang tertanam dalam-dalam hingga ke waduk prinsip-prinsip abadi yang mengatur kehidupan.

Konsistensi Untuk Anak;  ada sebuah kisah teladan bagaimana agar tetap konsisten di dalam mendidik anak yang tantrum (ngamuk). Kisah yang saya kutip dari Ida S Widayanti dalam Majalah Suara Hidayatullah (September 2011). Kisahnya sebagai berikut :
            Seorang anak menangis keras menolak untuk sikat gigi sebelum tidur. Berbagai cara sudah dilakukan oleh ibunya, membujuk, memberi pengertian, dan memberi contoh. Tapi anak itu tetap menolak. Kini, ia mulai menggunakan amukan untuk menolak ‘ritual’ malam hari tersebut. Malam itu udara sangat panas, si ibu sudah sangat lelah. Secara mental, ia tidak siap menghadapi tantrum (ngamuk) anaknya itu. Makin dibujuk anak itu makin keras menangis dan tetap bersikukuh, “Mau tidur saja, tidak mau sikat gigi!”
            Lalu ibu itu menatap wajah anaknya, betapa mengenaskan. Wajah buah hatinya itu sudah terlihat lelah. Suaranya serak. Ia merasa amat kasihan, dan ingin memeluknya. Ia ingin membiarkan anak tidak sikat gigi, lalu cepat beristirahat. Dalam keadaan hampir frustasi dan nyaris ingin mengalah, ibu itu ingat tentang pentingnya konsistensi dalam mendidik anak. Ia pun teringat, sebagai orang tua jangan takut saat menerapkan konsistensi, mungkin anak akan tantrum untuk adu kekuatan.
            Ibu itu menarik nafas panjang dan hatinya menjadi sedikit ringan dan bertekad untuk tetap konsisten, namun dengan sikap tenang dan lembut, tanpa ancaman dan kemarahan. Ibu itu pun berkata, “Sayang, Ummi di sini ya menunggu Ade. Kita hanya akan tidur kalau sudah sikat gigi. Ummi sudah siapkan buku untuk kita baca sebelum tidur!” kata ibu tersebut yang sangat tahu kegemaran anaknya, yaitu dibacakan buku. Selama anak itu menangis, ia dan suaminya berdiskusi tentang arti penting konsistensi. Tujuannya mereka saling menguatkan, agar tak cepat menyerah.
            Ayah si anak itu membuka sebuah buku cerita dan membacakannya pada istrinya. Buku itu bercerita tentang buaya yang sakit gigi karena suka makan permen namun malas sikat gigi. Anak itu masih menangis tapi suaranya sudah lebih pelan. Lalu ia bilang, “Ummi aku ingin dipeluk Ummi!”
            “Ya ummi juga ingin peluk Ade. Ummi akan peluk kalau Ade akan tidur, tapi setelah sikat gigi ya!” jawab si ibu lembut. Tangisannya mereda lalu mendekat, “Ummi, aku mau sikat gigi!” katanya. Si ibu pun bernafas lega. Setelah acara bersih-bersih selesai dan ke tempat tidur, lalu ibu itu membacakan buku cerita tentang buaya yang sakit gigi karena suka makan permen namun malas sikat gigi, belum selesai buku dibaca anak itu sudah tertidur.
            Keesokan paginya, anak itu bicara sama ayahnya, “Abi, masa buaya tidak mau sikat gigi kalau mau tidur!” katanya. Tentu saja si ibu ingin tertawa mendengar ucapannya. Ia bersyukur malam itu ia bisa melewati malam itu dengan kesabaran terjaga untuk menjalankan konsistensi dalam menegakkan aturan serta membiasakan kegiatan positif.
Kisah di atas tentu kerap dialami para ibu. Godaan untuk melanggar aturan karena tidak tahan dengan amukan anak. Jika hal itu terjadi, maka selanjutnya anak akan menjadikan ‘amukan’ sebagai senjata untuk memenuhi keinginannya, menolak yang tak disukainya, dan untuk mengendalikan orang tua. Namun jika orang tua konsiten, anak akan belajar bahwa tidak ada gunanya nangis dan ngamuk, karena hanya akan membuatnya tak nyaman dan lelah. Saat anak ngamuk, orang tua bisa tetap menunjukkan rasa kasih sayang dan rasa respek pada anak. Orang tua hanya menunjukkan ketidaksetujuan pada sikap anak saja, dan selalu siap menolong anak untuk tetap konsisten pada aturan yang sudah ditetapkan.

Kerendahan hati; integritas juga mencakup kerendahan hati. Kerendahan hati diartikan sebagai sifat yang tidak sombong atau tidak angkuh. Pribadi yang rendah hati biasanya justru memandang bahwa orang lain sebagai ciptaan Tuhan memiliki keunikan dan keistimewaan, sehingga dia senantiasa membuat orang lain merasa penting. Karena sesungguhnya setiap pribadi adalah istimewa. Setiap orang adalah spesial, unik, dan berhak untuk dihargai. Manusia adalah pribadi yang harus diperlakukan khusus. Manusia adalah makhluk yang sangat sensitif. Jika kita meragukan hal ini, lihat diri kita sendiri dan perhatikan betapa mudahnya kita merasa disakiti atau tersinggung.
            Rendah hati pada hakekatnya bermakna kesadaran akan keterbatasan kemampuan diri, jauh dari kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk keangkuhan. Rendah hati akan mendorong terbentuknya sikap realistis, mau membuka diri untuk terus belajar, menghargai pendapat orang lain, menumbuh kembangan sikap tenggang rasa, seta mewujudkan kesederhanaan, penuh rasa syukur dan ikhlas di dalam mengemban hidup ini.

Keberanian ; integritas juga mencakup keberanian untuk melakukan hal yang benar, bahkan meskipun itu berat. “Berani karena benar” slogan yang sering kita dengar.  Keberanian akan menimbulkan rasa percaya diri. Keberanian dan percaya diri dalam diri anak sedikit banyak dipengaruhi oleh pola pengasuhan orangtuanya. Kepercayaan diri yang dilatih sejak masa tumbuh kembang anak diharapkan akan melahirkan pribadi yang yakin atas dirinya, kompeten, dan menghargai dirinya secara sehat dan positif. Oleh karenanya ini menjadi tugas bagi para orang tua untuk dapat membantu mewujudkan anak menjadi pribadi yang positif tersebut.
            Orang tua sesibuk apapun hendaknya tetap memiliki waktu khusus untuk bersama dengan anaknya. Ketika anak meminta perhatian Anda, cobalah untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Tinggalkan sebentar pekerjaan Anda, tatap matanya dan dengarkan ia bicara. Mengabaikannya akan membuat ia merasa tidak berharga, tidak layak untuk diperhatikan, dan ini bisa mengoyak rasa percaya dirinya. Selain perhatian dan kemauan untuk mendengarkan orang tua juga harus mampu menunjukan sikap menghargai. Biarkan anak melakukan sendiri apa yang sudah bisa ia lakukan. Janganlah terlalu over protective, biarkan anak untuk mencoba sendiri dan mengerti konsep sebab akibat dari suatu tingkah laku. Hal ini diperlukan agar anak terbiasa berfikir dan bersikap mandiri sebelum melakukan sesuatu.
            Dalam sebuah artikel yang berjudul Melatih Keberanian dan Harga Diri Anak, di web bookadvisormds.com menyatakan bahwa, Untuk menumbuhkan keberanian anak harus distimulasi sesering mungkin, salah satunya yaitu dengan memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapatnya. Untuk beberapa masalah anak dapat dilibatkan untuk dimintai pendapatnya.  Hal ini untuk melatih kepekaan dan memiliki jiwa kepemimpinan. Namun tidak semua pendapatnya harus dituruti. Apalagi jika berhubungan dengan kebutuhan orang lain.
            Biasakan anak untuk berani mencoba, bertanggung jawab dan berani mengambil resiko. Ajaklah anak untuk bersikap optimis. Apabila anak tidak bisa mengerjakan sesuatu, kondisikan anak untuk tetap berusaha dan katakan pada anak bahwa ia pasti bisa. Semua itu akan membuat ia tahu bahwa Anda percaya ia bisa dan mampu!. Berilah penghargaan kepada anak, sekecil apapun keberhasilan yang dibuatnya. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan dirinya untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar. Apabila ia gagal dalam melakukan  sesuatu, besarkanlah hatinya, yakinkan bahwa dengan usaha dan tentu saja pertolongan dari Allah, suatu saat ia pasti bisa untuk mencapai apa yang diharapkan.








CARA BIJAK MEMBANGUN KONSEP DIRI




Anak-anak dengan konsep diri negatif memiliki sikap "tidak bisa melakukan". Maksudnya tidak memiliki kepercayaan diri untuk melakukan sesuatu karena mindset “tidak bisa” sudah melekat di pikirannya. Mereka menjadi lebih mudah frustrasi dan menyerah pada tugas-tugas yang sulit. Anak-anak ini mungkin menunjukkan masalah perilaku jika "nakal" atau "buruk" adalah bagian dari konsep diri mereka. Apa yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak-anak mereka mengembangkan konsep diri yang positif?, Feed Burner (2012), dalam artikel Membangun Konsep diri Positif, mengatakan ada 4 tindakan yang harus dilakukan orang tua;
  1. Sadar Bahasa ; Jadilah sadar bahasa untuk menggambarkan anak-anak Anda. Jangan label mereka dengan kata-kata seperti 'malas', 'nakal', 'agresif', atau 'bodoh.' Sebaliknya, mencari dan menunjukkan kekuatan anak Anda.
  2. Kesempatan untuk sukses. Berikan anak Anda sesuai dengan usianya untuk dapat menyelesaikan tugas sendiri. Setelah melakukannya akan memberinya rasa bangga dan membantu membangun mentalitas "bisa melakukan" dalam membangun konsep diri positif.
  3. Berikan Contoh tentang Kebaikan ; Ini adalah masalah pilihan bahasa. Misalnya, jika anak Anda, frustrasi, memukul anak lain, Anda mungkin berkata, "Kamu gadis nakal Bagaimana kau bisa begitu berarti! Aku tidak percaya kau memukulnya!! Anda berada dalam masalah besar!" Atau, Anda bisa mengatakan, "Kamu menjadi frustrasi dan memukulnya. Ini tidak ok untuk memukul. Aku tahu kau tidak bermaksud menyakitinya Bagaimana Anda bisa mengekspresikan frustrasi Anda dengan cara yang berbeda? Apakah Anda ingin bola stres untuk memeras.? " Mana yang menurut Anda mengarah ke positif konsep diri?
  4. Belajar dari Kegagalan; Kegagalan juga merupakan alat pembelajaran bagi anak-anak, dan orang tua tidak perlu melindungi mereka dari semua kegagalan. Bahkan, anak-anak dengan konsep diri positif yang mengalami kegagalan, mereka dapat menerima kesalahan atau kelemahan karena mereka tahu bahwa mereka kompeten.