|
Mengapa mereka melakukan hal seperti itu? Mari kita lihat
umumnya keadaaan sekolah mereka. Sekolah dibangun dengan tembok tembok pembatas,
dengan pagar yang tinggi bahkan ada yang berkawat berduri, pintu gerbang yang
dijaga oleh security dengan pakaian seragam berwajah angker dan membawa
pentungan, dengan mata yang tajam penuh selidik, dan siap menerkam bila ada
yang mencoba berbuat ulah. Sekolah tak ubahnya dengan penjara.
Para warga sekolah dari kepala sekolah, guru, dan staff
sekolah yang berwajah serius, jarang tersenyum dan semua itu dilakukan dengan
alasan disiplin. Disiplin pangkal kesuksesan, tidak ada kesuksesan yang dapat
diraih tanpa kedisiplinan. Suasana sekolah selalu mencekam, guru menyiapkan
tugas tugas yang berat. Semakin sulit pelajaran yang diberikan semakin bagus
untuk melatih kegigihan siswanya.
Celaan dan hukuman bagi pelanggar kedisiplinan, dan hal
yang lumrah bagi mereka yang taat, tidak ada kalimat pujian, dan tidak ada
penghargaan. Semua untuk pembinaan mental agar gigih dalam meraih masa depan.
Di dalam kelas guru bertindak sebagai raja. Raja yang
harus di dengar titahnya, harus taat mendengarkan arahannya, bertanya dan
berargumen adalah tanda tidak sopan dan tidak taat. Dari jam masuk sampai jam
pulang harus menyiapkan gelas kosong dalam otak yang siap diisi oleh guru. Guru
adalah makhluk yang paling pintar, guru tidak boleh salah dan harus selalu
menjaga wibawa.
Munif Chatib, penggagas Sekolahnya Manusia, menganggap
sekolah seperti ini adalah “Sekolah Robot”, anak diprogram untuk siap menerima
dan menjalankan perintah gurunya, pelaksanaan belajar mengajar statis dan kaku,
tidak ada kreativitas dan inovasi. Pabrik pencipta para robot tersebut bernama
SEKOLAH.
Iklim sekolah yang demikian membuat anak tidak betah
berada di kelas dan lingkungan sekolah, mereka lebih senang berada di tempat
tempat yang dapat menampung dan bisa menyalurkan ekspresi mereka, mereka suka nongkrong
di pinggir jalan, tempat tempat hiburan, warnet game online, dan arena kebut
kebutan. Kondisi seperti ini sangat rawan terhadap masuknya kejahatan dan
kriminalitas. Mereka akan bersentuhan dengan dunia hitam yang penuh kekerasan, selanjutnya
makin sulit dikendalikan bila sudah terlibat dengan minuman keras, narkoba,
tawuran, premanisme dan berbagai tindak kejahatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar