Menikmati kopi

Menikmati kopi

Selasa, 22 Maret 2016

MERAYAKAN HARI KEBEBASAN





 
Apa yang dilakukan anak sekolah di Indonesia ketika pengumuman kelulusan? Umumnya mereka merayakannya dengan corat coret baju sekolah dengan cat aneka warna dan konvoi dengan sepeda motor. Mereka merayakan apa? Mereka sedang merayakan hari kebebasan, bebas dari segala kungkungan, bebas dari penindasan yang selama ini mereka alami, dan bebas dari segala aturan yang menyiksa.
            Mengapa mereka melakukan hal seperti itu? Mari kita lihat umumnya keadaaan sekolah mereka. Sekolah dibangun dengan tembok tembok pembatas, dengan pagar yang tinggi bahkan ada yang berkawat berduri, pintu gerbang yang dijaga oleh security dengan pakaian seragam berwajah angker dan membawa pentungan, dengan mata yang tajam penuh selidik, dan siap menerkam bila ada yang mencoba berbuat ulah. Sekolah tak ubahnya dengan penjara.
            Para warga sekolah dari kepala sekolah, guru, dan staff sekolah yang berwajah serius, jarang tersenyum dan semua itu dilakukan dengan alasan disiplin. Disiplin pangkal kesuksesan, tidak ada kesuksesan yang dapat diraih tanpa kedisiplinan. Suasana sekolah selalu mencekam, guru menyiapkan tugas tugas yang berat. Semakin sulit pelajaran yang diberikan semakin bagus untuk melatih kegigihan siswanya.
            Celaan dan hukuman bagi pelanggar kedisiplinan, dan hal yang lumrah bagi mereka yang taat, tidak ada kalimat pujian, dan tidak ada penghargaan. Semua untuk pembinaan mental agar gigih dalam meraih masa depan.
            Di dalam kelas guru bertindak sebagai raja. Raja yang harus di dengar titahnya, harus taat mendengarkan arahannya, bertanya dan berargumen adalah tanda tidak sopan dan tidak taat. Dari jam masuk sampai jam pulang harus menyiapkan gelas kosong dalam otak yang siap diisi oleh guru. Guru adalah makhluk yang paling pintar, guru tidak boleh salah dan harus selalu menjaga wibawa.
            Munif Chatib, penggagas Sekolahnya Manusia, menganggap sekolah seperti ini adalah “Sekolah Robot”, anak diprogram untuk siap menerima dan menjalankan perintah gurunya, pelaksanaan belajar mengajar statis dan kaku, tidak ada kreativitas dan inovasi. Pabrik pencipta para robot tersebut bernama SEKOLAH.
            Iklim sekolah yang demikian membuat anak tidak betah berada di kelas dan lingkungan sekolah, mereka lebih senang berada di tempat tempat yang dapat menampung dan bisa menyalurkan ekspresi mereka, mereka suka nongkrong di pinggir jalan, tempat tempat hiburan, warnet game online, dan arena kebut kebutan. Kondisi seperti ini sangat rawan terhadap masuknya kejahatan dan kriminalitas. Mereka akan bersentuhan dengan dunia hitam yang penuh kekerasan, selanjutnya makin sulit dikendalikan bila sudah terlibat dengan minuman keras, narkoba, tawuran, premanisme dan berbagai tindak kejahatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar