Pentol, gorengan, cireng, nugget,
bakso, es sirop, es lilin adalah makanan paling digemari anak anak, tak pelak,
sekolah yang menjadi tempat berkumpulnya anak dikepung oleh para pedagang atau
penjaja makanan pinggir jalan, mereka ada yang mangkal di dekat pintu keluar/masuk
sekolah, pagar halaman sekolah, dan tempat tempat strategis di lingkungan
sekolah.
Bagaimana
kualitas kesehatan makanan penjaja pinggir jalan tersebut? Kepala Seksi
Pengawas Obat dan Makanan Dinas Kesehatan Kota Depok, Sih Mahayanti, seperti
yang dikutip www.tempo.co.id menemukan 13 jenis sampel makanan mengandung
bakteri ecoly dan Siklamat berlebihan dari 33 Sekolah Dasar. Beliau telah
menguji sebanyak 231 sampel jajanan makanan di SD. Dari uji sampel makanan yang
diambil ada 10 sampel makanan mengandung ecoly dan tiga makanan mengandung
pemanis buatan yang berlebihan. "Harus lebih hati-hati dalam membeli
jajanan sekolah," kata Mahayanti
Kondisi yang hampir sama terjadi di
berbagai tempat dan sekolah di Indonesia, begitu juga di daerah Bekasi. Herbert
Panjaitan, Kepala Kabid Pengawasan Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Koperasi Kota Bekasi mengatakan bahwa "Kami perketat pengawasannya
agar jangan sampai ada anak didik kita yang keracunan makanan berbahaya,"
katanya pascatemuan bahan makanan positif formalin dan boraks. (www.antaranews.com)
KENALI BAHAYA MAKANAN JAJANAN ANAK
SEKOLAH
Pedoman
untuk diketahui yang dikeluarkan oleh http://www.usahakesehatansekolah.com
ini patut disimak bagi warga sekolah dan orang tua murid. Dengan mengenali
potensi bahaya, kita dapat mengantisipasi datangnya bahaya tersebut. Berikut
adalah 7 bahaya yang mungkin terkandung di Jajanan Anak di Sekolah.
Mengandung Zat Warna Tekstil; Sebagai contoh adalah
saus tomat. Tidak sedikit saus tomat yang beredar terbuat dari ubi, cuka, dan
zat warna tekstil (rhodomin-B). Zat warna tekstil inilah yang diperkirakan
berpotensi menimbulkan keluhan tersebut..Tidak hanya sekadar pusing belaka yang
ditakutkan, melainkan juga bahaya jangka panjangnya. Zat warna tekstil jenis
itu bersifat pemantik munculnya kanker bila dikonsumsi rutin untuk waktu yang
sama.
Dalam
sebuah reportase sebuah stasiun TV swasta menyiarkan tayangan pembuatan sirup
yang dijajakan di sekolah tersebut kurang higienis, memakai air mentah (belum
dimasak) dan zat warna buatan yang diduga rhodomin-B juga. Sirup dan limun
murah di jajanan sekolah ini yang membuat kita prihatin. Generasi anak sekolah
(pinggiran, dari ekonomi kurang mampu) kita tengah memanggul risiko terkena
kanker saat dewasa, selain bahaya infeksi perut dadakan.
Bahaya Cacing : Semakin
murah-meriah suatu jajanan, boleh disimpulkan semakin besar berisiko
membahayakan kesehatan. Bahaya jangka panjang yang lain juga muncul bila
jajanan sampai tercemar cacing. Kebanyakan sayur mayur mentah (pernah
diselidiki) di supermarket mengandung telur cacing perut karena konon sebelum
dibawa ke kota, dibersihkan memakai air selokan di gunung. Air selokan umumnya
sudah tercemar tinja berpenyakit (penderita penyakit cacing perut).
Sering
pengidap cacing tidak merasakan keluhan apa-apa, termasuk orang gedongan dan
pekerja kantoran. Biasanya baru kedapatan cacingan kalau iseng melakukan
pemeriksaan laboratorium tinja. Tahu-tahu ada telur cacingnya. Pada anak sekolah, cacingan bisa berakibat
kekurangan darah (anemia). Baru-baru ini diberitakan bahwa lebih separuh anak
sekolah dasar (sampel sebuah yayasan LSM) menderita anemia. Besar kemungkinan,
selain sanitasi yang buruk, penyebabnya bersumber dari jajanan harian yang
tercemar cacing perut.
Bahan-Bahan Berbahaya : Pada
intinya adalah sudah saatnya kita selaku orang tua maupun orang dewasa
hendaknya berhati-hati apabila kita atau anak kita jajan di luar. Tentunya kita
tidak ingin apabila kita apalagi anak kita mengidap penyakit kanker atau
cacingan bukan?
Sebagai
tambahan wawasan, berikut ini beberapa bahan-bahan berbahaya yang sering
digunakan oleh penjual jajanan yang tidak bertanggung jawab. Semoga dengan
mengetahui jenis dan bahayanya, kita lebih berhati-hati di kemudian hari.
Gula bibit : Selain
pewarna, jajanan kaki lima yang memang buat kantong ekonomi lemah, dengan harga
yang lebih terjangkau, tak mungkin sepenuhnya menggunakan gula asli (gula pasir
maupun gula merah), melainkan memilih gula bibit. Kita tahu gula bibit tidak
semuanya aman bagi kesehatan. Sebut saja gula sakarin dan aspartam, yang jauh
lebih murah dibanding gula asli. Bisa dipastikan jenis gula bibit murah begini,
yang sudah dilarang digunakan, masih saja dipakai oleh rata-rata pembuat
makanan dan minuman rumahan.
Limun,
sirup, saus dan kecap murah, hampir pasti mencamprukan gula bibit, kalau bukan
seluruhnya bahan kimiawi berbahaya ini. Pemanis buatan lain tentu ada yang
lebih aman, dari daun stevia, misalnya. Namun, karena harganya tidak terjangkau
untuk membuat kudapan murah, pedagang memilih gula buatan yang lebih
murah.Belakangan pemanis buatan aspartam juga gencar dilarang, lantaran efek
buruknya, antara lain diduga terhadap otak. Namun, masih banyak jajanan dan
penganan, selain industri makanan yang menggunakan aspartam.
Penyedap : Perhatikan
bagaimana tukang bakso pinggir jalan menambahkan bumbu penyedap (sodium
gluamic). Dahulu, untuk menuangkan bumbu penyedap (disebut mecin, vetsin)
memakai sendok khusus terbuar dari kayu dengan penampang seujung kelingking. Maksudnya
paling banyak disendok pun, takarannya hanya seujung kelingking itu. Tidak
demikian hal sekarang, rata-rata dituang langsung dari kantong plastik kemasan
atau memakai sendok makan.
Semakin
banyak penyedap dituangkan, semakin gurih rasa barang jualannya.Dari kacamata
ekonomi, akan lebih menguntungkan bila menuangkan lebih banyak penyedap karena
menambah lezat cita rasa jajanan. Air putih (bukan kaldu) yang dibubuhi
penyedap banyak-banyak dengan cara murah dan mudah menjadi sangat menyerupai kuah
kaldu yang harus tinggi modalnya.
Apa
bahaya mengkonsumsi penyedap banyak-banyak? Ya, bila dikonsumsi rutin untuk
jangka waktu lama, penyedap buruk efeknya terhadap susunan saraf pusat, selain
efek alergi bagi yang tidak tahan (post resntaurant syndrome), juga
pusing-pusing sehabis makan di restoran (akibat penyedap). Bagi mereka yang
ingin aman, selain minta tidak pakai penyedap bila memeasan makanan restoran,
masakan di rumah sendiri sama sekali bebas penyedap buatan. Rasa gurih sehatnya
cukup hanya mengandalkan bahan alami, seperti rasa kaldu ayam, sapi atau ikan
belaka. tanpa perlu menambahkan bumbu penyedap buatan.
Formalin : Kita
juga mengenal bahan formalin. Selain digunakan buat pengawet mayat agar tidak
lekas membusuk, formalin juga masuk ke indsutri makanan (rumahan). Bukan baru
sekarang kita mendengar atau mungkin membaca kalau formalin juga masuk industri
pembuatan tahu. Agar awet tidak lekas rusak (basi), industri tahu (murah) juga
memanfaatkan formalin, agar tidak sampai merugi. Tahu yang berformalin
dijajakan di mana-mana. Padahal, formalin juga tidak menyehatkan.
Selain
formalin kita juga membaca atau mendengar pembuatan bakso mencampurkan bahan
kimiawi boraks juga, selain beberapa jenis bahan kimiawi yang sudah terbukti
membahayakan kesehatan, masih lolos tak terkontrol.
Minyak goreng bekas : Disinyalir,
kebanyakan jajanan gorengan pinggir jalan juga menggunakan minyak goreng bekas,
kalau minyak goreng yang sudah dioploas dengan minyak lain yang lebih murah.
Minyak goreng oplosan ini yang diduga membahayakan kesehatan.
Kita
sudah tahu kalau minyak goreng bekas (jelantah) bersifat karsinogenik juga.
Restoran ayam goreng yang tidak memakai lagi minyak goreng habis pakainya,
menjualnya ke penjual gorengan pinggir jalan. Kalau dikonsumsi rutin untuk
jangka waktu lama, tentu sama tidak sehatnya dengan bahan karsinogenik lainnya.
Termasuk jika kita melakukannya juga di rumah sendiri.
TANGGUNG
JAWAB SIAPA?
Adalah
hak anak untuk mendapat pelayanan kesehatan, termasuk makanan yang sehat dan
bebas penyakit. Banyaknya kita jumpai
jajanan yang tidak sehat menunjukkan pihak sekolah abai atau tidak peduli
terhadap kondisi lingkungannya. Sekolah tidak saja bertanggung jawab terhadap
pendidikan akademis atau proses belajar mengajar semata tetapi juga bertanggung
jawab terhadap kesehatan, keamanan dan kenyamanan peserta didiknya.
Banyak cara yang sebenarnya bisa
dilakukan pihak sekolah dalam mengatasi permasalahan kebersihan di sekolahnya.
Bila ini ditanggung pihak sekolah sendiri, kerap akan menimbulkan kesulitan,
terutama bila sudah dihadapkan masalah dana dan sumber daya manusia. Sekolah
dapat mengoptimalkan peran orang tua melalui komite sekolah, bekerjasama dengan
pengusaha (sponsor) dan tentu saja pemerintah
Keluhan orangtua murid terhadap
jajanan sekolah, bisa dijadikan senjata utama untuk mengatasi persoalan, mereka
bisa dijadikan panitia untuk membenahi persoalan tersebut, bersama orang tua,
sekolah bisa mengundang pedagang jajanan sekolah, memberi tempat yang layak di
lingkungan sekolah, menyediakan air bersih, dan mengontrol pemakaian bahan
bahan makanan yang boleh atau tidak boleh digunakan untuk makanan. Penyedian tempat dan air di lingkungan sekolah
tentu tidak gratis, pemasukan dari sewa
tempat bisa digunakan untuk memelihara kebersihan, misalnya menambah
petugas kebersihan dan keamanan di sekolah. Semua ini bisa dilakukan apabila
pihak sekolah memiliki kemauan, kepedulian, dan kreatifitas. Sekolah tidak
boleh Abai untuk masalah penting seperti ini. Yaitu masalah yang dapat
merenggut masa depan generasi muda kita.
Bekerja sama dengan sponsor
merupakan upaya alternative, banyak perusahaan perusahan yang bergerak di
bidang kesehatan, kebersihan dan makanan memiliki program kepedulian masyarakat
atau CSR (Corporate Social Responsility).
Misalnya saja ketika sekolah punya kepentingan untuk membangun fasilitas kantin,
pengadaan tong sampah, dan alat kebersihan lainnya tidak harus mengutip dana
dari orang tua. Komite sekolah bisa dimintakan bantuan untuk membuat proposal
dan membuka akses ke dunia usaha/sponsor.
Begitu juga Pemerintah, Pemerintah
pasti punya program yang jelas untuk program kebersihan, pihak sekolah harus
betul betul cerdik untuk mengetahui instansi mana saja yang memiliki anggaran
yang dapat mendukung program sekolah.
Semuanya akan kembali
kepada peran sekolah, apakah memiliki kemauan keras untuk memajukan sekolahnya
di bidang kebersihan, atau hanya melakukan pembiaran dan masa bodo terhadap
lingkungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar