Menikmati kopi

Menikmati kopi

Selasa, 22 Maret 2016

BAHAYA PENYAKIT DI JAJANAN ANAK SEKOLAH


   
Pentol, gorengan, cireng, nugget, bakso, es sirop, es lilin adalah makanan paling digemari anak anak, tak pelak, sekolah yang menjadi tempat berkumpulnya anak dikepung oleh para pedagang atau penjaja makanan pinggir jalan, mereka ada yang mangkal di dekat pintu keluar/masuk sekolah, pagar halaman sekolah, dan tempat tempat strategis di lingkungan sekolah.
Bagaimana kualitas kesehatan makanan penjaja pinggir jalan tersebut? Kepala Seksi Pengawas Obat dan Makanan Dinas Kesehatan Kota Depok, Sih Mahayanti, seperti yang dikutip www.tempo.co.id  menemukan 13 jenis sampel makanan mengandung bakteri ecoly dan Siklamat berlebihan dari 33 Sekolah Dasar. Beliau telah menguji sebanyak 231 sampel jajanan makanan di SD. Dari uji sampel makanan yang diambil ada 10 sampel makanan mengandung ecoly dan tiga makanan mengandung pemanis buatan yang berlebihan. "Harus lebih hati-hati dalam membeli jajanan sekolah," kata Mahayanti
            Kondisi yang hampir sama terjadi di berbagai tempat dan sekolah di Indonesia, begitu juga di daerah Bekasi. Herbert Panjaitan, Kepala Kabid Pengawasan Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bekasi mengatakan bahwa "Kami perketat pengawasannya agar jangan sampai ada anak didik kita yang keracunan makanan berbahaya," katanya pascatemuan bahan makanan positif formalin dan boraks. (www.antaranews.com)

KENALI BAHAYA MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH
Pedoman untuk diketahui yang dikeluarkan oleh http://www.usahakesehatansekolah.com ini patut disimak bagi warga sekolah dan orang tua murid. Dengan mengenali potensi bahaya, kita dapat mengantisipasi datangnya bahaya tersebut. Berikut adalah 7 bahaya yang mungkin terkandung di Jajanan Anak di Sekolah.
Mengandung Zat Warna Tekstil;  Sebagai contoh adalah saus tomat. Tidak sedikit saus tomat yang beredar terbuat dari ubi, cuka, dan zat warna tekstil (rhodomin-B). Zat warna tekstil inilah yang diperkirakan berpotensi menimbulkan keluhan tersebut..Tidak hanya sekadar pusing belaka yang ditakutkan, melainkan juga bahaya jangka panjangnya. Zat warna tekstil jenis itu bersifat pemantik munculnya kanker bila dikonsumsi rutin untuk waktu yang sama.
Dalam sebuah reportase sebuah stasiun TV swasta menyiarkan tayangan pembuatan sirup yang dijajakan di sekolah tersebut kurang higienis, memakai air mentah (belum dimasak) dan zat warna buatan yang diduga rhodomin-B juga. Sirup dan limun murah di jajanan sekolah ini yang membuat kita prihatin. Generasi anak sekolah (pinggiran, dari ekonomi kurang mampu) kita tengah memanggul risiko terkena kanker saat dewasa, selain bahaya infeksi perut dadakan.
Bahaya Cacing : Semakin murah-meriah suatu jajanan, boleh disimpulkan semakin besar berisiko membahayakan kesehatan. Bahaya jangka panjang yang lain juga muncul bila jajanan sampai tercemar cacing. Kebanyakan sayur mayur mentah (pernah diselidiki) di supermarket mengandung telur cacing perut karena konon sebelum dibawa ke kota, dibersihkan memakai air selokan di gunung. Air selokan umumnya sudah tercemar tinja berpenyakit (penderita penyakit cacing perut).
Sering pengidap cacing tidak merasakan keluhan apa-apa, termasuk orang gedongan dan pekerja kantoran. Biasanya baru kedapatan cacingan kalau iseng melakukan pemeriksaan laboratorium tinja. Tahu-tahu ada telur cacingnya.  Pada anak sekolah, cacingan bisa berakibat kekurangan darah (anemia). Baru-baru ini diberitakan bahwa lebih separuh anak sekolah dasar (sampel sebuah yayasan LSM) menderita anemia. Besar kemungkinan, selain sanitasi yang buruk, penyebabnya bersumber dari jajanan harian yang tercemar cacing perut.
Bahan-Bahan Berbahaya : Pada intinya adalah sudah saatnya kita selaku orang tua maupun orang dewasa hendaknya berhati-hati apabila kita atau anak kita jajan di luar. Tentunya kita tidak ingin apabila kita apalagi anak kita mengidap penyakit kanker atau cacingan bukan?
Sebagai tambahan wawasan, berikut ini beberapa bahan-bahan berbahaya yang sering digunakan oleh penjual jajanan yang tidak bertanggung jawab. Semoga dengan mengetahui jenis dan bahayanya, kita lebih berhati-hati di kemudian hari.
Gula bibit : Selain pewarna, jajanan kaki lima yang memang buat kantong ekonomi lemah, dengan harga yang lebih terjangkau, tak mungkin sepenuhnya menggunakan gula asli (gula pasir maupun gula merah), melainkan memilih gula bibit. Kita tahu gula bibit tidak semuanya aman bagi kesehatan. Sebut saja gula sakarin dan aspartam, yang jauh lebih murah dibanding gula asli. Bisa dipastikan jenis gula bibit murah begini, yang sudah dilarang digunakan, masih saja dipakai oleh rata-rata pembuat makanan dan minuman rumahan.
Limun, sirup, saus dan kecap murah, hampir pasti mencamprukan gula bibit, kalau bukan seluruhnya bahan kimiawi berbahaya ini. Pemanis buatan lain tentu ada yang lebih aman, dari daun stevia, misalnya. Namun, karena harganya tidak terjangkau untuk membuat kudapan murah, pedagang memilih gula buatan yang lebih murah.Belakangan pemanis buatan aspartam juga gencar dilarang, lantaran efek buruknya, antara lain diduga terhadap otak. Namun, masih banyak jajanan dan penganan, selain industri makanan yang menggunakan aspartam.
Penyedap : Perhatikan bagaimana tukang bakso pinggir jalan menambahkan bumbu penyedap (sodium gluamic). Dahulu, untuk menuangkan bumbu penyedap (disebut mecin, vetsin) memakai sendok khusus terbuar dari kayu dengan penampang seujung kelingking. Maksudnya paling banyak disendok pun, takarannya hanya seujung kelingking itu. Tidak demikian hal sekarang, rata-rata dituang langsung dari kantong plastik kemasan atau memakai sendok makan.
Semakin banyak penyedap dituangkan, semakin gurih rasa barang jualannya.Dari kacamata ekonomi, akan lebih menguntungkan bila menuangkan lebih banyak penyedap karena menambah lezat cita rasa jajanan. Air putih (bukan kaldu) yang dibubuhi penyedap banyak-banyak dengan cara murah dan mudah menjadi sangat menyerupai kuah kaldu yang harus tinggi modalnya.
Apa bahaya mengkonsumsi penyedap banyak-banyak? Ya, bila dikonsumsi rutin untuk jangka waktu lama, penyedap buruk efeknya terhadap susunan saraf pusat, selain efek alergi bagi yang tidak tahan (post resntaurant syndrome), juga pusing-pusing sehabis makan di restoran (akibat penyedap). Bagi mereka yang ingin aman, selain minta tidak pakai penyedap bila memeasan makanan restoran, masakan di rumah sendiri sama sekali bebas penyedap buatan. Rasa gurih sehatnya cukup hanya mengandalkan bahan alami, seperti rasa kaldu ayam, sapi atau ikan belaka. tanpa perlu menambahkan bumbu penyedap buatan.
Formalin : Kita juga mengenal bahan formalin. Selain digunakan buat pengawet mayat agar tidak lekas membusuk, formalin juga masuk ke indsutri makanan (rumahan). Bukan baru sekarang kita mendengar atau mungkin membaca kalau formalin juga masuk industri pembuatan tahu. Agar awet tidak lekas rusak (basi), industri tahu (murah) juga memanfaatkan formalin, agar tidak sampai merugi. Tahu yang berformalin dijajakan di mana-mana. Padahal, formalin juga tidak menyehatkan.
Selain formalin kita juga membaca atau mendengar pembuatan bakso mencampurkan bahan kimiawi boraks juga, selain beberapa jenis bahan kimiawi yang sudah terbukti membahayakan kesehatan, masih lolos tak terkontrol.
Minyak goreng bekas : Disinyalir, kebanyakan jajanan gorengan pinggir jalan juga menggunakan minyak goreng bekas, kalau minyak goreng yang sudah dioploas dengan minyak lain yang lebih murah. Minyak goreng oplosan ini yang diduga membahayakan kesehatan.
Kita sudah tahu kalau minyak goreng bekas (jelantah) bersifat karsinogenik juga. Restoran ayam goreng yang tidak memakai lagi minyak goreng habis pakainya, menjualnya ke penjual gorengan pinggir jalan. Kalau dikonsumsi rutin untuk jangka waktu lama, tentu sama tidak sehatnya dengan bahan karsinogenik lainnya. Termasuk jika kita melakukannya juga di rumah sendiri.

TANGGUNG JAWAB SIAPA?
Adalah hak anak untuk mendapat pelayanan kesehatan, termasuk makanan yang sehat dan bebas penyakit.  Banyaknya kita jumpai jajanan yang tidak sehat menunjukkan pihak sekolah abai atau tidak peduli terhadap kondisi lingkungannya. Sekolah tidak saja bertanggung jawab terhadap pendidikan akademis atau proses belajar mengajar semata tetapi juga bertanggung jawab terhadap kesehatan, keamanan dan kenyamanan peserta didiknya.
            Banyak cara yang sebenarnya bisa dilakukan pihak sekolah dalam mengatasi permasalahan kebersihan di sekolahnya. Bila ini ditanggung pihak sekolah sendiri, kerap akan menimbulkan kesulitan, terutama bila sudah dihadapkan masalah dana dan sumber daya manusia. Sekolah dapat mengoptimalkan peran orang tua melalui komite sekolah, bekerjasama dengan pengusaha (sponsor) dan tentu saja pemerintah
            Keluhan orangtua murid terhadap jajanan sekolah, bisa dijadikan senjata utama untuk mengatasi persoalan, mereka bisa dijadikan panitia untuk membenahi persoalan tersebut, bersama orang tua, sekolah bisa mengundang pedagang jajanan sekolah, memberi tempat yang layak di lingkungan sekolah, menyediakan air bersih, dan mengontrol pemakaian bahan bahan makanan yang boleh atau tidak boleh digunakan untuk makanan.  Penyedian tempat dan air di lingkungan sekolah tentu tidak gratis, pemasukan dari sewa  tempat bisa digunakan untuk memelihara kebersihan, misalnya menambah petugas kebersihan dan keamanan di sekolah. Semua ini bisa dilakukan apabila pihak sekolah memiliki kemauan, kepedulian, dan kreatifitas. Sekolah tidak boleh Abai untuk masalah penting seperti ini. Yaitu masalah yang dapat merenggut masa depan generasi muda kita.
            Bekerja sama dengan sponsor merupakan upaya alternative, banyak perusahaan perusahan yang bergerak di bidang kesehatan, kebersihan dan makanan memiliki program kepedulian masyarakat atau CSR (Corporate Social Responsility). Misalnya saja ketika sekolah punya kepentingan untuk membangun fasilitas kantin, pengadaan tong sampah, dan alat kebersihan lainnya tidak harus mengutip dana dari orang tua. Komite sekolah bisa dimintakan bantuan untuk membuat proposal dan membuka akses ke dunia usaha/sponsor.
            Begitu juga Pemerintah, Pemerintah pasti punya program yang jelas untuk program kebersihan, pihak sekolah harus betul betul cerdik untuk mengetahui instansi mana saja yang memiliki anggaran yang dapat mendukung program sekolah. 
            Semuanya akan kembali kepada peran sekolah, apakah memiliki kemauan keras untuk memajukan sekolahnya di bidang kebersihan, atau hanya melakukan pembiaran dan masa bodo terhadap lingkungannya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar