Suatu
hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali
bertanya....
pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di
dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab "orang tua,guru,kawan,dan
sahabatnya".
Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi
yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". Sebab itu sememangnya
janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua....
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".
Murid -muridnya menjawab "negara Cina, bulan, matahari
dan bintang -bintang".
Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang
mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA
LALU". Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa
lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang
dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang
ketiga.... "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya
menjawah "gunung, bumi dan matahari".
Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling
besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU"
Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan
sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di
dunia ini?".
Ada yang menjawab "besi dan gajah".
Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang
paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH"
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak
mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia
ini.
Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan
Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat
memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan
di dunia ini?"...
Ada yang menjawab "kapas, angin, debu dan
daun-daunan".
Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan
di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan
sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat.
Dan pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam
di dunia ini?"...
Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang".
Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah
"LIDAH MANUSIA" Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti
hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri
Berikut cara Bijak memberi
nasihat :
1.
Dengan Tutur
Kata yang Baik; Kisah yang sangat
inspiratif ini saya sajikan untuk menjelaskan betapa dahsyatnya bertutur kata
yang baik. Ikuti kisahnya. Suatu ketika, seorang teman bertutur, di sebuah stasiun
kereta api tanpa sengaja bertemu dengan seorang penjual asongan yang kehilangan
tangan sebelahnya sedang menjajakan dagangannya karena hatinya iba dan ingin
menolong. Dikeluarkan uang selembar sepuluh ribuan lalu diberikanlah uang itu
padanya. Sejenak berpikir di dalam benaknya ia merasa bersalah, segera kembali
penjual asongan dan mengatakan kepadanya, 'Maaf
bapak, saya tidak bermaksud merendahkan bapak. saya tahu, bapak adalah seorang
pengusaha.' Lalu mengambil sebuah pulpen kemudian meninggalkan penjual asongan.
Setahun kemudian teman itu melintasi
stasiun kereta api yang sama. Terdengar suara seseorang menyapa dirinya. 'Apa kabar Mas?' sapa seorang pemilik toko di stasiun
kereta api. 'Saya sudah lama menunggu anda di
toko ini.' kata pemilik toko. "Barangkali anda lupa, saya adalah penjual
asongan yang waktu itu yang anda sebut sebagai pengusaha, sehingga saya
termotivasi kata-kata anda sehingga saya bekerja keras untuk memiliki sebuah
toko,' katanya dengan bangga menunjukkan tokonya.
Teman itu menceritakan betapa
terharunya dirinya karena ia tidak mengira penjual asongan yang dia jumpai
setahun yang lalu kini telah memiliki sebuah toko yang cukup besar di stasiun
kereta api.
Pesan dari kisah ini menunjukkan
bahwa Tutur kata yang kita ucapkan memiliki sebuah kekuatan. Ucapan kita mampu
memberikan motivasi seperti yang terjadi pada penjual asongan namun juga
sebaiknya bila bertemu dengan orang yang tidak tepat malah menjerumuskan kita
kepada kehancuran. Nabi mengajarkan kita agar senantiasa berkumpul dengan
orang-orang sholeh, yaitu orang yang mampu menularkan kebahagiaan, kesehatan
dan kedamaian dalam hidup kita ( dari kisah Agus Syafii dalam http://nasehatislam.blogspot.com/2010/08/kekuatan-tutur-kata.html)
2. Menasehati
Secara Rahasia; nasihat yang baik, akan sia-sia bilamana tidak disertai
cara menasihati yang baik, tempat dan kondisi yang baik pula. Menasehati orang
lain secara terbuka, sama saja dengan membuka aibnya. Untuk itu para pemberi
nasehat harus dapat merahasiakan apa yang dinasihatkan.
3. Dengan Ilmu
dan Pengalaman; agar nasihat dapat diterima dengan baik, maka isi dari
nasihat tersebut haruslah sudah dikuasai oleh pemberi nasihat. Keakuratan data,
tempat dan peristiwa sangat mempengaruhi kualitas dari nasihat tersebut.
4. Memperhatikan
Situasi dan Kondisi; situasi anak atau orang yang akan dinasihati harus
menjadi perhatian pemberi nasihat. Memberi nasihat di meja makan, ketika sedang
makan bersama, akan merusak situasi. Carilah situasi yang baik dan tenang
ketika anda ingin memberi nasihat.
5.
Menjadi
Teladan; teladan itu adalah sebuah nasihat tanpa kata-kata. Teladan itu
juga bisa dikatakan sebagai satunya kata dengan perbuatan. Jika pemberi nasihat
sudah melakukan terlebih dahulu apa yang akan dinasihati, maka nasihat yang
diberikan kepada seseorang akan lebih bermakna.
6. Sabar; tidak
ada yang bisa menjamin apa yang dinasihatkan itu diterima di pikirannya,
dihatinya dan dilakukannya. Untuk itu pemberi nasihat harus bersabar dan
mencari cara yang lebih baik lagi.
7. Mendoakan ; Nasihat
yang baik itu bersumber dari ajaran kebaikan, sedangkan pemberi nasihat hanya
bisa menyampaikan dengan sumber daya yang dimiliki. Kekuatan doa akan menambah
kekuatan hati, pikiran dan amalan.
Demikian, semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar