Menikmati kopi

Menikmati kopi

Rabu, 23 Maret 2016

CARA MENDIDIK ANAK : MEMBANGUN KOMUNIKASI


Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti. Komunikasi adalah keterampilan yang paling penting dalam kehidupan. Kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk berkomunikasi. Komunikasi bukan sekadar kata-kata yang kita gunakan. Nada suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh memainkan peran utama tentang bagaimana kita dapat memahami. Coba kita pikirkan, kita sudah menghabiskan bertahun-tahun belajar membaca dan menulis, bertahun-tahun belajar berbicara. Tetapi, bagaimana mendengarkan? Pelatihan atau pendidikan apa yang sudah Anda dapatkan yang memungkinkan Anda mendengarkan sehingga Anda benar-benar mengerti orang lain secara mendalam dalam kerangka acuan individu itu sendiri?

Inti dari komunikasi pada dasarnya adalah bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respons positif dari orang lain. Agar komunikasi menjadi efektif, dalam buku Cara AMPUH Merebut Hati Murid (2012), Saya mengutip cara Aribowo P & Roy Sembel (2003) dalam mengembangkan dan merangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri. Yaitu, REACH  (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble). Reach berarti merengkuh atau meraih. Cara bijak tersebut, adalah:

Respect (Menghargai); Cara pertama,dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah, pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Apa yang dilakukan orang tua untuk menghargai anaknya? Hargailah anak dengan cara “Mendengar Aktif”, Bila sedang berbicara kepada anak, tataplah matanya, dengarkanlah dengan penggunaan pancaindera kita, mendengarlah dengan seluruh diri. Maksudnya, telinga mendengar nada dan kata, sedangkan mata mendengar dan melihat mimik ekspresi wajah. Pikiran pun mendengar, yakni berusaha memahami apa yang dikatakan, Hati juga mendengar melalui penghayatan perasaan yang ada di balik kata-kata yang diucapkan. Mulut juga mendengar dengan mengutarakan perasaan-perasaan yang ditangkap dari pembicaraan dengan anak-anak.
           Bagi seorang Guru, Guru yang disenangi siswa adalah guru yang menghormati hak-hak siswa, baik hak-hak yang bersifat umum maupun hak privasi. Sebaliknya, guru yang suka mencela, banyak berkomentar buruk tentang siswa-siswinya, dan kurang menghargai pekerjaan serta karya mereka tidak disenangi oleh para siswa. Tidak ada interaksi yang positif tanpa disertai dengan rasa hormat. Andai kita harus mengkritik atau memarahi murid kita, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, kita dapat membangun kerja sama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektivitas kinerja kita.Menurut pakar komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya, How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan, "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai." Dia mengatakan itu sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi).

Empathy (Empati);  Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan membuat kita dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya.
Empati dapat menjadi kunci menaikkan integritas dan kedalaman hubungan dengan orang lain. Semakin kita dekat dan merasakan kesusahan atau penderitaan yang dialami orang lain, maka kita akan semakin mengerti dan menyadari betapa berartinya hidup kita. Mungkin kita akan merasa lebih beruntung karena tidak sampai mengalami penderitaan yang demikian.

Audible (Didengar/Dimengerti) ; Makna audible, antara lain, adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu atau mampu menerima umpan balik dengan baik, audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
Clarity (Jelas); Selain pesan harus dapat dimengerti dengan baik, cara keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan tersebut sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi, kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan) sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Sebab, tanpa keterbukaan, akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.

Humble (Rendah Hati); Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan cara pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Bagaimana komunikasi yang menunjukkan kerendahan hati? Komunikasi dengan kerendahan hati adalah mau mendengar pendapat, saran dan menerima kritik dari orang lain. Sering dikatakan bahwa Tuhan memberi kita dua buah telinga dan satu mulut, yang dimaksudkan agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Kadang-kadang hanya dengan mendengarkan saja kita dapat menguatkan orang lain yang sedang dilanda kesedihan atau kesulitan. Dengan hanya mendengar, kita dapat memecahkan sebagian besar masalah yang kita hadapi. Mendengar juga berarti mau membuka diri dan menerima, suatu sifat yang menggambarkan kerelaan untuk menerima kelebihan dan kekurangan orang lain maupun diri kita sendiri. Dalam mengkritik atau memenangkan suatu persaingan kita tidak perlu menunjukkan kehebatan maupun memamerkan apa yang kita miliki, bahkan ketika kita menang sekalipun tidak ada rasa pamer atau kesombongan yang terlihat.

 Demikianlah, semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar